Waktu Sholat untuk daerah Surabaya dan sekitarnya

Rabu, 14 April 2010

HATI IBARAT RUMAH

Ada tiga macam rumah,
Pertama, Rumah Raja, di dalamnya ada simpanannya, harta dan perhiasannya.
Kedua, Rumah Kelas Menengah, di dalamnya ada simpanan, harta dan perhiasan yang sedang-sedang saja.
Dan ketiga adalah Rumah si Miskin, tidak ada isinya.

Jika ada seorang pencuri, rumah mana yang akan dimasukinya?

Tidaklah mungkin kalau ia akan masuk ke rumah yang kosong karena rumah kosong tidak ada barang yang bisa dicurinya.

Karena itulah dikatakan kepada Ibnu Abbas Radhiallahu 'anhu, bahwa ada orang-orang Yahudi mengklaim bahwa di dalam ibadahnya mereka 'tidak pernah terganggu', maka Ibnu Abbas berkata: "Apakah yang bisa dikerjakan oleh syetan dalam rumah yang sudah rusak?"

Pencuri juga akan berpikir berkali-kali kalau ingin mencoba mencuri di rumah raja, karena tentunya rumah raja dijaga oleh banyak penjaga dan tentara.

Rumah si MISKIN mengibaratkan hati yang kosong dari kebajikan.
Yaitu hati orang-orang kafir dan munafik, yang sudah dikuasai setan, yang telah menjadikannya sebagai tempat tinggal mereka.
Maka adakah rangsangan untuk mencuri dari rumah itu sementara yang ada didalamnya semuanya telah habis ‘dikuasai’ setan ?
Inilah yang disebut dengan tipe hati yang dikuasai nafsu AMARAH (nafsu yang selalu mengajak pada keburukan).

Sedang rumah sang RAJA mengibaratkan hati yang telah dipenuhi dengan perlindungan Allah Subhanahu wa ta'ala dan keagungan-Nya, penuh dengan kecintaanNya dan senantiasa dalam penjagaan-Nya.
Syetan mana yang berani memasuki hati yang kaya ini?
Walau demikian syetan adalah makhluk yang selalu nekat menjerumuskan siapapun termasuk hati yang kuat seperti rumah raja sekalipun.
Namun kuatnya penjagaan dan pertahanan rumah tipe ini akan membuat berbagai hambatan kokoh yang siap menghadang syetan.
Inilah yang disebut dengan tipe hati yang dikuasai nafsu MUTHMAINNAH (nafsu yang selalu mengajak kepada kebaikan).

Rumah yang kelas MENENGAH mengibaratkan hati yang di dalamnya sudah ada tauhid Allah, sudah mengerti tentang Allah dan mencintaiNya serta beriman kepadaNya.
Namun didalamnya masih bersemayam pula syahwat yang kurang terkendali, sifat-sifat buruk, hawa nafsu dan tabiat tidak baik.
Hati ini ada diantara dua hal. Kadang hatinya cenderung kepada keimanan, ma'rifah dan kecintaan kepada Allah semata, dan kadang condong kepada panggilan syetan, hawa nafsu dan tabiat tercela.
Hati semacam inilah yang DIINCAR oleh SYAITAN karena memiliki potensi yang besar untuk ditaklukkannya. Inilah tipe hati memiliki nafsu yang berada diantara jalan menuju kebaikan dan keburukan (nafsu LAWWAMAH).

Syetan hanya bisa mentaklukkan tipe hati yang dikuasai nafsu Lawwamah ini dengan memanfaatkan titik-titik lemah yang ada di hati tersebut.
Di dalam hati seperti ini syetan mendapati senjata-senjatanya yang berupa syahwat, syubhat, khayalan-khayalan dan angan-angan dusta yang berada di dalam hati.
Saat memasukinya, syetan mendapati senjata-senjata tersebut dan mengambilnya serta menjadikannya jalan untuk menetap di hati.

Apabila seorang hamba mempunyai benteng keimanan yang dapat mengimbangi serangan tersebut, dan kekuatannya melebihi kekuatan penyerangnya, maka ia akan mampu mengalahkan syetan.
Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah semata.
”Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan) mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Ali Imran:126)

Sumber : Dahlia Putri
Dimuat oleh Sayafrudin Yahya @ Discussion Board

Berhati-hati Dengan Waktu Luang

Oleh: Mochamad Bugi
Dakwatuna.com

“Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling.” (Al-Hajj: 1)

Maha Kuasa Allah yang menciptakan arena bumi sebagai sarana ujian. Kekayaan alam yang begitu melimpah.
Sungai-sungai jernih yang melahirkan kehidupan.
Hujan yang membangkitkan harapan.
Dari situlah, hamba-hamba Allah membuktikan diri: apakah ia sebagai hamba yang konsisten atau dusta.
Ada baiknya berhati-hati dengan yang boleh.
Tak ada yang tanpa batas di dunia ini.

Karena sunnatullah dalam alam, semua tercipta dalam takaran tertentu.
Dari takaran itulah, keseimbangan bisa langgeng.
Termasuk keseimbangan dalam diri manusia.
Kalau keseimbangan goyah, yang muncul adalah kerusakan.

Dalam diri manusia, ada tiga keseimbangan yang mesti terjaga: keseimbangan akal, rohani, dan fisik.
Satu keseimbangan terganggu, seluruh fisik mengalami kerusakan.
Ketidakseimbangan bukan cuma dari sudut kekurangan.
Berlebih-lebihan pun bisa memunculkan ketidakseimbangan.
Termasuk dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan psikis.
Di antara urusan fisik adalah makan dan minum.

Allah swt. berfirman, “….makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf: 31)

Berlebih-lebihan dalam makan dan minum, walaupun halal, bisa memunculkan penyakit.
Lebih dari lima puluh persen sumber penyakit berasal dari lambung.
Karena itulah, Rasulullah saw. meminta kaum muslimin untuk mengerem makan.
Dan cara yang paling bagus adalah dengan puasa. Beliau saw. mengatakan, “Berpuasalah, niscaya kamu akan sehat.” (Al-hadits)

Masih banyak hal boleh lain yang mesti pas dengan takaran.
Di antaranya, hubungan seksual suami istri, tidur, dan juga bersantai.
Sayangnya, ada kecenderungan manusia senang bersantai.
Sudah menjadi sifat dasar manusia memilih jalan yang gampang daripada yang sukar.
Lebih memilih santai ketimbang banyak kerja.
“Maka tidakkah sebaiknya ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.” (Al-Balad: 11)

Santai pada timbangan yang proporsional memang bagus.
Karena itu bermakna istirahat.
Dari istirahatlah keseimbangan baru bisa lahir.
Dengan istirahat, lelah bisa tergantikan dengan kesegaran baru.
Tapi, ketika santai tidak lagi proporsional, yang muncul hura-hura dan kemalasan. Orang menjadi begitu hedonis.
Orientasi bergeser dari keimanan kepada serba kesenangan.
Saat itu, santai tidak cuma menggusur jenuh, tapi juga kewajiban-kewajiban.
Bisa kewajiban sebagai suami, anak, dan juga sebagai hamba Allah swt.
Di antara ciri orang beriman adalah berhati-hati dengan perbuatan yang sia-sia.

Allah swt. berfirman, “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (Al-Mu’minun: 1-3)

Rasulullah saw. mewanti-wanti para sahabat agar berhati-hati dengan waktu senggang.
Beliau saw. bersabda, “Ada dua kenikmatan yang membuat banyak orang terpedaya yakni nikmat sehat dan waktu senggang.” (HR. Bukhari)

Ada banyak cara menggusur letih dan jenuh.
Letih dan jenuh kadang tidak cuma bisa disegarkan dengan santai.
Ada banyak cara agar penyegaran bisa lebih bermakna dan sekaligus terjaga dari lalai.
Para sahabat Rasul biasa mengisi waktu kosong dengan tilawah, zikir, dan shalat sunnah.
Itulah yang biasa mereka lakukan ketika suntuk saat jaga malam.
Bergantian, mereka menunaikan shalat malam.
Bentuk lainnya adalah bermain dengan istri dan anak-anak.
Rasulullah saw. pernah lomba lari dengan Aisyah r.a.
Kerap juga bermain ‘kuda-kudaan’ bersama dua cucu beliau, Hasan dan Husein.
Dari sini, santai bukan sekadar menghilangkan jenuh.
Tapi juga membangun keharmonisan keluarga.

Rasulullah saw. mengatakan, “Orang yang cerdik ialah yang dapat menaklukkan nafsunya dan beramal untuk bekal sesudah wafat. Orang yang lemah ialah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan muluk terhadap Allah.” (HR. Abu Daud)

Dan harus kita sadari betul, ada pihak lain yang mengintai kelengahan kita. Pertarungan antara hak dan batil tidak kenal istilah damai.
Tetap dan terus berlangsung hingga hari kiamat.
Dari situlah, saling mengintai dan saling mengalahkan menjadi hal lumrah.
Dan kewaspadaan menjadi hal yang tidak boleh dianggap ringan.

Pihak yang jelas-jelas melakukan pengintaian adalah musuh abadi manusia.
Dialah iblis dan para sekutunya. Allah swt. membocorkan itu dalam firman-Nya.
“Iblis mengatakan, ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (Al-A’raf: 16-17)

Pihak lain adalah kelompok manusia yang tidak suka dengan perkembangan Islam.
Mereka selalu mengintai kelemahan umat Islam, mengisi rumah-rumah umat Islam dengan hiburan yang melalaikan.
Bahkan, mengkufurkan. Masih banyak upaya lain orang kafir untuk menghancurkan Islam.
Karena itu, berhati-hatilah dengan waktu luang.
Kalau tidak bisa diisi dengan yang produktif, setidaknya, isilah dengan yang tidak melalaikan.

Kamis, 08 April 2010

JANGAN BERSEDIH

Jangan bersedih…
Karena qadha’ telah ditetapkan,
Takdir pasti terjadi,
Pena-pena telah mengering,
Lembaran-lembaran catatan ketentuanpun telah dilipat,
Dan semua perkara telah habis ditetapkan.
Betapapun, kesedihan Anda tidak akan mengajukan atau mengundurkan kenyataan yang akan terjadi
Dan tidak pula akan menambahkan atau menguranginya.

Jangan bersedih....
Sebab kesedihan itu akan mendorong Anda untuk menghentikan putaran roda zaman,
Mengikat matahari agar tak terbit,
Memutar jarum jam kembali ke masa lalu,
Berjalan ke belakang,
Dan membawa air sungai kembali ke sumbernya semula.

Jangan bersedih....
Sebab rasa sedih itu laksana angin puyuh yang hanya akan mengacaukan arah angin,
Membuat air bah dimana-mana,
Mengubah cuaca langit,
Dan menghancurkan bunga-bunga nan indah di taman.

Jangan bersedih…
Sebab orang yang bersedih itu ibarat seorang wanita yang mengurai pintalan tenun setelah kuat pintalannya,
Ibarat seorang yang meniup wadah yang berlubang,
Dan ibarat seseorang yang menulis di atas air dengan tangannya.

Jangan bersedih...
Sebab usia Anda yang sebenarnya adalah kebahagiaan dan ketenangan hati Anda.
Oleh sebab itu; jangan habiskan usia Anda dalam kesedihan,
Jangan boroskan malam-malam Anda dalam kecemasan,
Jangan berikan menit-menit Anda untuk kegundahan,
Dan jangan berlebihan dalam menyia-nyiakan hidup,
Sebab Allah tidak suka terhadap orang-orang yang berlebihan.

(Disadur dari Buku LA TAHZAN Karangan Dr. Sa'id Al-Qorni)

KELEDAI

Seorang petani yang tinggal di daerah Sumatra Selatan memiliki keledai satu-satunya sebagai alat angkutan sehari-hari.
Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh kedalam sumur.
Hewan itu menangis sangat memilukan selama berjam-jam sementara si petani tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk menyelamatkan keledai tersebut.
Segala upaya telah dicoba untuk mengangkat keledai itu dari dalam sumur, tetapi tidak membuahkan hasil.

Akhirnya , setelah berdiskusi dengan saudaranya diperoleh kesimpulan untuk membiarkan saja keledai itu didalam sumur untuk selanjutnya ditimbun.
Alasannya , hewan tersebut sudah tua dan tidak terlalu berguna lagi jika ditolong.
Di pihak lain , sumur itu sendiri juga sebenarnya kurang produktif.
Dengan demikian menutup sumur dengan keledainya merupakan keputusan yang tepat.

Lalu dia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantu.
Mereka datang dengan membawa sekop, cangkul, dan peralatan lainnya lalu mulai menimbun tanah kedalam sumur.
Pada mulanya , ketika si keledai menyadari apa yang terjadi, dia menangis penuh kengerian.
Namun lama kelamaan semua orang jadi takjub ketika si keledai menjadi diam dan tidak berteriak lagi.

Setelah beberapa sekop tanah mulai dituangkan lagi kedalam sumur, si petani melihat kedalam sumur dan tercengang melihat apa yang dilakukan sang keledai.
Sekalipun punggungnya terus menerus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan.
Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun kebawah, lalu menaiki tanah itu.
Begitu seterusnya, tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor keatas punggung hewan itu, sedangkan si keledai juga terus mengguncangkan badannya dan melangkah naik hingga mendekati mulut sumur.
Tak pelak lagi, semua orang terpesona ketika melihat si keledai melompati tepi sumur dan melarikan diri.

***
Terkadang hidup ini terasa begitu tertekan dengan permasalahan yang bertubi-tubi, baik itu masalah keluarga maupun pekerjaan.
Setiap hari timbunan masalah itu semakin berat saja.
Belajar dari ilustrasi diatas , bukankah setiap masalah yang ada dapat dijadikan batu pijakan untuk berbuat sesuatu yang lebih baik lagi?

Kita juga tidak bisa terus-menerus menyesali apa yang terjadi, sekalipun rasanya sudah tidak mungkin untuk keluar dari masalah yang ada.
Namun dengan mengubah cara pandang terhadap suatu masalah, akan ditemukan solusi-solusi baru yang mungkin tidak dapat ditemukan sebelumnya.
Pendek kata ketika menghadapi masalah sesungguhnya kita sedang menikmati pengalaman hidup yang mungkin tidak terulang kembali.
Pengalaman bukanlah apa yang dialami seseorang, melainkan apa yang dilakukan seseorang terhadap apa yang terjadi pada dirinya.

Persepsi orang lain akan berubah ketika kita bisa mengatasi permasalahan yang dihadapi dengan tegar dan tabah.
Cara pandang dan penilaian orang justru akan berbalik arah ketika kita bisa memandang permasalahan yang kita hadapi secara positif.
Kebesaran jiwa seseorang memang diuji pada saat ia menghadapi permasalahan hidup.

Seseorang memiliki mental dan perkembangan emosi yang optimal bukan dilihat dari kekayaan atau jabatannya yang tinggi, bukan pula dari pernyataan -pernyataannya yang muluk, dan bukan pula dari palu kekuasaan yang dimilikinya untuk menekan orang lain, melainkan dari dapur api pengujian hidup.

'Aslinya' seseorang akan tampak ketika seluruh aksesoris kehidupan yang dimilikinya lepas.
Emas akan betul tampak betul-betul emas setelah melalui pengujian api , bukan ketika dia dilekatkan sebagai perhiasan baru.

Selama manusia hidup, pasti banyak permasalahan yang terus menekannya.
Disisi lain , dalam menjalani kehidupan juga kita akan berhadapan dengan pilihan-pilihan yang harus segera diputuskan .
Keledai dalam cerita diatas telah memutuskan untuk bangkit dan mencari jalan keluar.
Dia telah menjadi bagian dari pemecahan masalah bukan bagian dari permasalahan itu.

Semakin individu tersebut terbang tinggi , semakin kuat pula tarikan untuk menghambatnya. Semakin gemilang seseorang dalam prestasi dan implementasi kompetensi yang dimilikinya, semakin deras pula arus untuk menekannya. Berkenaan dengan hal itu , maka pilihan tetap ada di pundak masing- masing. Mau tetap terbang tinggi bersama kompetensi yang dimiliki sambil mengucapkan selamat tinggal kepada pecundang, atau mengambil keputusan untuk turun lalu hidup bersama para pecundang

Kisah sebuah jam

Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?" "Ha?," kata jam terperanjat, "Mana sanggup saya?"

"Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?" "Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

"Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?" "Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu" tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam. "Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?" "Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.

Renungan :
Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita anggap impossible untuk dilakukan sekalipun. Itu tergantung bagaimana kita menyiasati pekerjaan dan tugas kita, bila kita bisa bagi2 menjadi fragmen-fragmen yang kecil.

Jangan berkata "tidak" sebelum Anda pernah mencobanya.

sumber : http://argatikel.blogspot.com/search/label/Motivasi

Selasa, 06 April 2010

Maafkan aku Ayah...

Sahabat Hikmah
Mungkin ini bukan KATA-KATA HIKMAH, tetapi CERITA HIKMAH
Layak sebagai renungan ...:

Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang
dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya... karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampakjelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan
kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu
rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" .... Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar.. Dia juga beristighfar. Mukanya merah
padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidak tahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "DIta yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik ... kan !" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apa
menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.


Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa... Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena air.. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu.. Si ayah sengaja membiarkan
anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah
angan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari
bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, Bu"...jawab pembantunyaringkas. "Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhubadan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut..."Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibubagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa duniaberhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.


Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah.. sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah
pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?... Bagaimana Dita mau bermain nanti?.... Dita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi, " katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu
mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf...

Tahun demi tahun kedua orang tua tsb menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi..., Namun...., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tsb tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya.

Hikmahnya:

Pertama, KEMARAHAN adalah karena NAFSU dan ajakan SYAITHAN,
PENYESALAN yang akan didapat kalau kita menurutinya.

Maka janganlah sekali-kali mengambil keputusan dalam keadaan MARAH .
Dan biasakan kita untuk MEMAAFKAN orang lain...

Hal ini dalam apapun, termasuk dalam hubungan suami istri, pemerintahan, poliktik dan sebagainya.

Firman Allah..Surat Ali Imran:
133. Dan bersegeralah kamu kepada AMPUNAN dari Tuhanmu dan kepada SURGA yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang BERTAKWA,
134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang MENAHAN AMARAHNYA dan MEMAAFKAN (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Yang kedua, janganlah terlalu MENCINTAI HARTA secara berlebihan,
hal ini akan MEMBUTAKAN HATIi...

"JADIKANLAH HARTA ITU DI DALAM GENGGAMAN TANGANMU, BUKAN DI DALAM HATIMU"

Wassalam

DIA adalah DIA

Tanpa lisan meminta pun
Tak jarang Dia memberi apa yang dibutuhkan

Tanpa lisan berterimakasih pun
Dia masih tetap memberi

Mestinya, karunia setetes air pun
Sudah cukup tuk sadarkan diri

Lalu mengapa......
Tetesan-tetesan yang menggenang itu
Malah menyuburkan kesombongan diri?

Aku sering lupa berdoa
Tapi Allah memberi juga

Aku serig lupa memberi sesama
Tapi Allah tetap memberiku seperti seorang ibu

Aku pernah berpikir
(ampuni aku Allah)
Seandainya aku adalah Dia
Akankah kumaafkan kelakuanku dengan mudah?
Sepertinya tidak

Itulah mengapa
Dia adalah Dia dan aku adalah aku

(Sentuhan Kalbu melalui Kultum, Ir. Permadi Alibasyah)

Anda adalah Anda

Jika ada satu teori yang sangat saya mutlakkan kebenarannya, adalah premis dari Rasulullah SAW, bahwa MUSUH TERBESAR MANUSIA ADALAH DIRINYA SENDRI.

Karena hanya diri saya sendiri, hanya mengatakan bahwa saya tidak pantas mendapatkan perlakuan yang baik dari kekasih saya.

Karena hanya diri saya sendiri yang terus mencari-cari saat, kapan kekasih saya akan menyakiti, lalu ia akan berkata, “Nah! Apa saya bilang.”

Karena hanya diri saya sendiri, yang menghujat terus menghujat kegagalan saya mencapai target pekerjaan hari ini.

Karena hanya diri saya sendiri, yang berteriak kencang bahwa saya tidak akan pernah menjadi istri yang baik.

Karena hanya diri saya sendiri, yang tak berhenti memarahi saya sebab tak juga mencapai ekspektasi profesi yang direncanakan.

Karena hanya diri saya sendiri, yang memaki-maki bahwa seumur hidup, saya tidak akan menjadi ibu yang penyayang dan tidak akan ada keluarga yang hangat untuk saya.

Karena hanya diri saya sendiri, yang menyatakan bahwa hidup saya akan dihabiskan secara ironis dengan melupakan impian dan secara heroik akan mengorbankan diri untuk kepentingan orang lain.

Karena hanya diri saya sendiri, yang terang-terang meledek bahwa sikap kaku dan dingin saya sifatnya permanen.

Karena hanya diri saya sendiri, yang menguak kembali satu persatu alasan mengapa saya pantas dikhianati.

Karena hanya diri saya sendiri, yang bisa mengemukakan dengan begitu seringnya penjelasan-penjelasan logis dan rasional yang akan bulat-bulat saya telan, dan percaya pada semua hal diatas.

Tapi di satu titik ada rasa marah dan muak yang luar biasa terhadap setan di kepala, dan saya sadar semuanya hanya masalah frekuensi.

Penjelasan rasional dan logis tidak selalu tunggal. Di kala ada penjelasan negatif, ada juga penjelasan positif. Mata uang selalu punya dua sisi.

Di kala saya bilang saya tidak akan punya keluarga yang hangat karena saya dibesarkan dalam keluarga yang dingin, sebenarnya saya bisa menjawab, ”Setiap orang punya kesempatan untuk merubah hidupnya.”

Di kala saya bilang saya tidak akan menjadi ibu yang baik dan keluarga yang hangat hanya ilusi, sebenarnya saya bisa melawan, ”Mengapa tidak bisa? Saya bisa belajar bersikap hangat, belajar memasak, belajar mengurus anak, belajar caranya belanja. Bukankah yang terpenting adalah memandang masa depan dengan solusi, bukannya meratapi masa lalu?”

Dan di kala saya bilang saya tidak pantas mendapat perlakuan sebaik ini dari kekasih saya, sebenarnya saya bisa dengan lantang berkata, ”Salah besar. Saya pantas. Karena saya memang berharga.”

Stephen J.Losier, Stephen Covey, Rhonda Byrne, Karim Hajee, Erbe Sentanu dan Rasulullah – yang sudah mendahului mereka semua dalam berteori – berkata benar bahwa karakter adalah masalah habit (kebiasaan). Kebiasaan mengulang pikiran negatif, akan menghasilkan karakter serupa. Sejalan dengan itu, kebiasaan mengulang pikiran positif, akan menghasilkan karakter yang optimis.
(Dari sebuah milis)